BERITABANGGAI,COM, LUWUK—Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Banggai terus meningkat. Ini menjadi perhatian serius Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai. Instansi yang dipimpin dr I Wayan Suartika ini, berupaya melakukan sosialisasi dan pencegahan secara dini kasus HIV.
Tenaga Fungsional Epidemiologi Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai, Oktavianus, mengatakan, pencegahan terhadap kasus HIV/AIDS dapat dilakukan dengan konsep ABCDE yakni Abstinent, Be faithfull, Condom use, Drug no, dan Education.
Oktavianus menerangkan, Abstinent, adalah pencegahan dengan tidak melakukan hubungan seksual berisiko.
Be faithfull pencegahan HIV / AIDS dengan setia pada pasangan.
Condom Use, yakni pencegahan dengan menggunakan kondom pada hubungan seksual berisiko. Lebih ditekankan kepada pasangan yang salah satunya posistif HIV, maka saat melakukan hubungan seksual harus menggunakan kondom.
Begitu pun yang masih melakukan hubungaan seksual dengan faktor risiko harus menggunakan kondom.
Kemudian Drug No, yakni pencegahan dengan tidak menggunakan napza.
Ia mengatakan, pengguna napza berisko karena penggunaan jarum suntik. “Penggunaan jarum suntik melalui pembuluh darah, ini sangat berisiko,” tuturnya.
Terakhir kata dia, dengan education, yakni edukasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar menghindari faktor penyebab infeksi HIV/AIDS.
Termasuk memberikan informasi yang benar mengenai HIV, cara penularannya, pencegahan dan pengobatannya.
“Edukasi ini mencakup memberikan informasi mengenai cara pengobatan kepada mereka yang sudah positif,” katanya.
Ia menerangkan, jika kasus HIV ditemukan sejak dini, dan orang yang terinfeksi segera melakukan pengobatan dengan rutin minum obat, maka virus HIV akan tersuppresi.
”Saat belum minum obat, virus sangat banyak dalam darah, tetapi ketika disiplin minum obat, virus akan tersuppresi atau jumlahnya dapat ditekan dalam tubuh,” katanya.
Ia menjelaskan, dalam level tidak terdeteksi dan bisa dipertahankan dalam level undeteclevel, maka risiko virus penuluran ke orang lain itu hampir tidak ada.
“Jika virus tersupresi karena penderita minum obat secara rutin, jumlah virus menjadi sedikit dalam darah, sehingga risiko penularan diyakini hampir tidak ada,” tekannya.
Ia menerangkan, pengobatan menyebabkan virus tersuppresi, namun tidak otomatis menyembuhkan penderita. Hanya saja, pengobatan sejak dini, secara otomatis memutus rantai penularan.
”Jadi meski tidak sembuh, jumlah virus dalam darah sangat sedikit sehingga tidak lagi menular lagi ke orang lain,” paparnya.
Pengobatan sejak dini, kata dia, yakni pengobatan dengan minum obat secara rutin, sebelum penderita HIV masuk dalam stadium AIDS.
“Upaya pencegahan ini dilakukan agar tidak ada lagi yang meninggal karena AIDS. Olehnya sedini mungkin melakukan pengobatan saat terdeteksi mengidap HIV,” paparnya. (BB/007)
Discussion about this post