LEMBAH MAKMUR, merupakan salah satu desa di Kecamatan Bualemo. Desa tersebut merupakan eks transmigrasi yang semula merupakan bagian dari Desa Longkoga Timur. Desa Lembah Makmur di bentuk menjadi desa sendiri pada tahun 2008 yang lalu, tepatnya dimasa kepemimpinan Bupati Banggai Ma’mun Amir.
Desa Lembah Makmur memiliki luas wilayah 14,00 kilometer persegi atau 1,62 persen dari total luas wilayah Kecamatan Bualemo yang mencapai 904,00 kilometer persegi. Badan pusat statistik Kabupaten Banggai pada tahun 2020 mencatat, jumlah penduduk Desa Lembah Makmur sebanyak 290 jiwa dengan 73 kepala keluarga. Desa tersebut dihuni oleh masyarakat Jawa dengan mata pencaharian sebagai petani atau pekebun.
Menjelang pelaksanaan Pilkada tahun 2020, seluruh pasangan calon dijadwalkan untuk melakukan kampanye oleh Komisi Pemilihan Umum Banggai. Amirudin Tamoreka dan Furqanudin Masulili bersama koalisi partai politik pengusung, yakni Partai NasDem, Partai Golkar, Partai Hanura dan Partai Kebangkitan Bangsa bersama relawan pemenangan, mendatangi Desa Lembah Makmur tersebut untuk melakukan kampanye tatap muka.
Selaku salah satu peserta dalam Pilkada 9 Desember 2020 dengan nomor urut dua, Amirudin dan Furqanudin menggelar kampanye tatap muka di Desa Lembah Makmur dan dihadiri oleh masyarakat setempat. Jumlah peserta dalam kampanye tatap muka itu tidak banyak, yakni hanya 50 orang, sebagaimana syarat melakukan kampanye Pilkada dimasa pandemi covid-19.
Ada cerita pilu dari warga setempat, yang ditemukan dari kunjungan kampanye tatap muka itu. Ternyata Desa Lembah Makmur tidak seindah pemandangannya, dan tidak sebaik namanya. Desa yang oleh Badan Pusat Statistik dicatat sebagai salah satu desa Swasembada itu, justru mengalami berbagai kesulitan ekonomi.
Dari penuturan warga yang dirangkum dari perjalanan kunjungan di desa itu, disebutkan bahwa Desa Lembah Makmur pada awalnya dihuni oleh banyak orang. Saat penempatan transmigrasi di desa itu jumlahnya sebanyak 150 kepala keluarga. Namun saat ini penduduk desa tinggal sebanyak 73 kepala keluarga. Banyak warga yang memutuskan untuk meninggalkan desa itu, lantaran kondisi ekonomi yang semakin sulit. Sejumah rumah terlihat kosong dan telah ditumbuhi rerumputan. Disebutkan, rumah tumah itu telah ditinggalkan pemiliknya sekira 4 tahun terakhir.
Sebetulnya, Desa Lembah Makmur itu pernah mengalami kejayaannya, pada saat tanaman kakao mereka berhasil sekira 10 tahun yang lalu. Produksi kakao yang banyak dengan harga yang cukup tinggi, membuat warga setempat gembira dan benar benar merasakan kemakmuran, sebagaimana nama desanya. Namun kondisi itu tidak berselang lama, karena pada akirnya kakao milik masyarakat setempat diserang hama dan mulai tidak produktif. Bahkan banyak tanaman yang mati.
Kondisi itu membuat keadaan ekonomi di Desa Lembah Makmur kian sulit. Ditambah lagi dengan akses jalan yang jaraknya 10 kilometer dari Desa Bualemo A sebagai ibukota Kecamatan Bualemo menuju Desa Lembah Makmur yang cukup parah dan tidak adanya perhatian kebijakan dari pemerintah daerah. Tidak ada sarana listrik dan tidak adanya jangkauan jaringan selular.
Saat ini masyarakat setempat berharap adanya perubahan keadaan yang lebih baik. Setidaknya akses jalan menuju desa itu bisa diperbaiki agar memperlancar transportasi. Mereka juga membutukan penguatan sektor perkebunan, sebagai sumber utama ekonomi masyarakat. Mereka berharap, pasalon Amirudin dan Furqanudin Masulili dapat menciptakan masa depan Lembah Makmur yang lebih baik. (bb/03)
Discussion about this post